Ayah La Moelu. Baik Hati. Pengertian. Penyayang. seorang anak yang bernama la moelu yang menemukan ikan kecil yang diberi nama Jinnande teremombonga yang dapat tumbuh besar dengan cepat, suatu hari ikan tersebut di tangkap oleh 7 pemuda dan di sembelih kemudian di bawa oleh 7 pemuda tersebut. la moelu pun mengetahui jinnande teremombonga telah
Ceritarakyat asal usul kota surabaya dalam bahasa inggris - dapat anda baca secara lengkap dan jelas cerita rakyat ini di bawah ini : TTU dan TTS di wilayah perbatasan RI di Nusa Tenggara Timur.". Sedangkan Remigius Asa membeberkan potensi wisata berbasis budaya di Belu dan sekitarnya. Seperti, adanya Kampung Adat Nualain, Desa Halimodok
Ceritarakyat dari Sulawesi Tenggara By:La Ode Sidu Published on 1995 by Grasindo. Halo sobat Apa kabar sobat ayo kita baca novel keren ini semoga bisa menghibur dengan membaca ebook pengetahuan kita semakin bertambah dan juga mendapatkan ilmu nya dan sinopsis atau deskripsi buku ada di bawah ya untuk cara baca bisa di lihat di bagian preview ya, masih banyak buku2 berkualitas
Namun pernahkah kamu mendengar cerita rakyat Sulawesi Tenggara tentang Putri Satarina dan Tujuh Bidadari? Kisahnya menceritakan tentang kebaikan seorang gadis yang nasibnya selalu sial. Karena merasa kasihan, akhirnya para batari itu pun menolong gadis bernama Putri Satarina itu dan mengangkatnya menjadi bidadari juga.
CeritaRakyat Sulawesi Tenggara di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan.
SuriIkun dan Dua Burung, Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur; Legenda Pulau Kapal Cerita Rakyat Bangka Belitung; Tags cerita kisah rakyat legenda sastra edukasi budaya tradisi dongeng anak siswa literasi fiksi Daftar Kota dan Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. 05/11/2021. Kereta Luxury KA Argo Anggrek Kereta Sleeper Seat Generasi
uLXAh. Apakah kalian tahu burung Garuda yang menjadi lambang negara kita? Konon burung Garuda sangat besar dan kuat. Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara yang akan Kakak ceritakan malam hari ini berkisah tentang seorang ksatria dan Burung Garuda. Kisah ini menjadi legenda asal muasal terbentuknya Gunnung Mekongga yang berada di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Kalian pasti suka dengan dongeng anak yang kakak ceritakan malam hari ini. Selamat membaca. Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara Asal Usul Gunung Mekongga Dahulu kala, daerah Kolaka dilanda musibah yang cukup mengerikan. Seekor burung garuda raksasa sering datang memangsa ternak penduduk. Penduduk banyak yang kehilangan ternak milik mereka. Lama-kelamaan, mereka khawatir ternak mereka akan habis. Dan jika tidak ada ternak lagi yang bisa disantap, penduduk khawatir burung garuda raksasa juga akan memangsa manusia. Kekhawatiran ini yang membuat beberapa wakil warga mencari seorang cerdik pandai bernama Larumbalangi. Ia terkenal dengan kesaktiannya, karena keris sakti, dan sarung sakti yang bisa dipakai untuk terbang. Mereka meminta pendapat Larumbalangi untuk melawan garuda raksasa itu. “Mudah saja. Kalian cari bambu tua dan buatlah menjadi beberapa bambu rucing. Kemudian pilihlah seseorang kesatria untuk dijadikan umpan. Bawalah orang itu ke tengah lapangan dan pagari dengan bambu-bambu runcing itu. Ujung bambu yang runcing haruslah menghadap ke atas. Biarkan ia menjadi daya tarik burung garuda raksasa untuk mendekat. Kelika burung itu sudah dekat, suruh orang tersebut menusukkan bambu runcing yang dipegangnya ke perut burung itu dan biarkan burung tersebut jatuh menancap pada bambu-bambu runcing di sekelilingnya.” Warga pun melaksanakan saran Larumbalangi. Mereka mencari orang yang bersedia dijadikan umpan untuk memancing burung garuda raksasa. Dengan demikian, diadakanlah sayembara bagi orang yang bersedia menjadi umpan. Jika pemenangnya seorang budak, ia akan dibebaskan dan diangkat menjadi bangsawan. Namun jika pemenangnya adalah seorang bangsawan, ia akan diangkat menjadi pemimpin. Dari sekian banyak orang yang berminat, hanya satu orang yang memenuhi syarat. Ia adalah seorang budak bernama Tasahea dari Negeri Loeya. Pada hari yang ditentukan, Tasahea dibawa ke tengah Padang Bende. Ia dikelilingi oleh beberapa bambu runcing yang sudah ditancapkan ke tanah. Kemudian semua warga mulai bersembunyi. Menjelang siang, tiba-tiba suasana menjadi mendung. Itu pertanda burung garuda raksaa telah datang. Burung mengerikan itu melihat mangsanya di Padang Bende. Burung itu mulai terbang mendekat. Tasahea segera mengambil kuda-kuda. Pada jarak yang cukup dekat, Tasahea melemparkan bambu runcing yang dipegangnya tepat mengenai perut burung garuda. Burung garuda raksasa itu menjerit keras. Ia terjatuh dan menancap ke bambu-bambu runcing yang sudah dipasang. Burung itu kembali menjerit kesakitan, dengan luka-luka di tubuhnya, ia mengepakkan sayapnya menjauh. Namun, karena lukanya cukup parch dan tenaganya sudah habis, ia jatuh dan mati di puncak gunung. Penduduk Kolaka bersuka cita. Mereka mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam. Namun, pada hari ketujuh, terjadilah wabah penyakit. Di mana-mana tercium bau bangkai. Banyak penduduk terserang penyakit muntah-muntah dan sakit perut, hingga meninggal dunia. Tumbuh-turnbuhan terserang ulat. Hasil panen termakan ulat, sehingga penduduk terserang kelaparan. Rupanya, bangkai burung garuda raksasa di atas gunung itu membusuk dan menimbulkan banyak penyakit. Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara Ksatria Dan Burung Garuda Beberapa orang wakil dari penduduk kembali mendatangi Larumbalangi. Mereka menceritakan bencana baru yang menyerang desa mereka. Larumbalangi terdiam sejenak sebelum kemudian berkata, “”Pulanglah kalian sekarang. Musibah ini akan segera berakhir.” Setelah mereka semua pergi, Larumbalangi berdoa kepada Yang Maha Kuasa. “Ya Tuhan. Tolong selamatkan penduduk Kolaka yang sedang dilanda masalah. Turunkanlah hujan besar hingga dapat menghanyutkan bangkai burung garuda dan ulat-ulat di pepohonan ke laut.” Tuhan mengabulkan permohonan Larumbalangi. Tiba-tiba, hujan turun dengan derasnya. Sungai di Kolaka meluap. Bangkai dan tulang belulang burung raksasa serta ulat-ulat hanyut ke laut. Wilayah Kolaka pun bebas dari musibah mematikan itu. Gunung tempat jatuhnya burung garuda raksasa itu dinamakan Gunung Mekongga yang artinya tempat jatuhnya burung raksasa. Sementara itu, Tasahea, kesatria yang rela menjadi umpan burung garuda diangkat derajatnya menjadi bangsawan. Kemudian Larumbalangi dipilih sebagai pemimpin Negeri Kolaka. Di Kabupaten Kolaka di Sulawesi Tenggara terdapat Gunung Mekongga dengan ketinggian sekitar 2620 m. Gunung Mekongga adalah gunung tertinggi di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Pesan moral dari Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara Ksatria Dan Burung Garuda adalah selama menghadapi segala persoalan kita tidak boleh mudan putus asa. Ikuti cerita rakyat Sulawesi Tenggara lainnya pada artikel kakak berikut ini Kumpulan Dongeng Cerita Rakyat dari Sulawesi
Jumlah Pengunjung 39,772 Cerita Rakyat Dari Sulawesi – Indonesia benar-benar sebuah negara yang di setiap daerahnya terdapat kisah-kisah legenda tertentu. Salah satu yang terkenal adalah cerita rakyat dari Sulawesi yang hingga saat ini masih terawat dengan baik. Hal ini disebabkan oleh kesadaran masyarakat untuk tetap menurunkan cerita-cerita tradisional kepada anak cucunya. Sehingga muncul siklus penceritaan legenda yang terus berkembang dengan intensif. Baca juga ya daftar enam Lagu Daerah Yang Berasal Dari Sulawesi Selatan Yang indah inilah 5 Lagu Daerah Yang Berasal Dari Sulawesi tenggara yang khas cerita rakyat dari Sulawesi // Nah, di bawah ini ada beberapa sinopsis sederhana tentang cerita legenda yang berasal dari propinsi Sulawesi. Kumpulan rangkuman cerita yang menjadi bukti kalau Sulawesi dan Indonesia adalah gudangnya legenda. Ini kisah cerita yang dimaksud 1. Legenda Batu Bangga Legenda Batu Bangga // Cerita Rakyat Dari Sulawesi Yang Terkenal yang pertaa adalah cerita tentang Legenda Batu Bangga yang meneceritakan kisah seorang anak bernama Intobu yang durhaka kepada ayahnya yang sudah tua renta. Bahkan, ia tega tidak menyelamatkan sang ayah saat terjadi gelombang ganas hanya karena malu pada istrinya yang cantik. Akhirnya sang ayah pun mengutuk Intobu menjadi batu beserta bangga atau sejenis perahu yang cukup besar. Beberapa saat setelah doa dipanjatkan, terjadi petir dan si anak durhaka tersebut akhirnya menjadi batu yang disebut batu bangga. Ada pesan moral yang bisa dipetik dari legenda ini yaitu jangan pernah menyia-nyiakan orang tua di masa tuanya. Justru ia harus dirawat dengan baik atau tuhan akan murka lalu mengirimkan laknatnya. 2. Legenda Sigarlaki dan Limbat Legenda Sigarlaki dan Limbat // Legenda Sigarlaki dan Limbat adalah kisah yang populer dan layak diceritakan kepada anak cucu kita dan juga termasuk Cerita Rakyat Dari Sulawesi Yang Terkenal. Pasalnya, di dalam kisah ini terdapat pesan moral yang bagus yaitu tidak asal menuduh orang sembarangan. Sigarlaki adalah seorang pemburu yang memiliki pelayan bernama Limbat. Karena Sigarlaki merasa lapar tetapi tidak mendapatkan satu buruan pun maka ia pulang dari hutan dengan harapan Limbat memasak untuknya. Sayang, ketika sampai di rumah Sigarlaki tidak menemukan makanan sedikitpun yang kata Limbat telah dicuri oleh orang. Namun, Sigarlaki tidak percaya dan menyangka makanan telah dihabiskan sendiri oleh pembantunya tersebut. Dari sini konflik terus bermula yang membuat Sigarlaki akhirnya menyesal karena menuduh Limbat macam-macam. 3. Legenda Si Penakluk Rajawali Legenda Si Penakluk Rajawali // Cerita rakyat dari Sulawesi yang juga cukup terkenal adalah Legenda Si Penakluk Rajawali. Sebuah kisah tradisional yang menarik karena dibumbui dengan intrik perkelahian antara pemuda tampan dengan rajawali raksasa. Kisah diawali dari keresahan seorang raja yang harus mengorbankan satu putri kesayangannya kepada rajawali raksasa. Karena itu, ia pun mengadakan sayembara barang siapa yang bisa menaklukkan rajawali tersebut akan dinikahkan dengan putrinya yang cantik. Cerita tidak sederhana tersebut karena si pemuda yang akhirnya berhasil membunuh sang rajawali justru lebih memilih kembali mengembara daripada menikahi sang putri. Namun, akhirnya lewat sebuah gelaran bola sepak, akhirnya putri dan sang pemuda dipertemukan kembali dan pernikahan bisa dilangsungkan. Baca juga ya 5 Alat Musik Tradisional Kalimantan Yang Masih Sering Dimainkan inilah 5 Rumah Adat Betang Di Kalimantan 4. Legenda Hawadiyah Legenda Hawadiyah // Legenda Hawadiyah adalah kisah percintaan yang sangat populer di Sulawesi. Mengisahkan dua orang perempuan bernama Hawadiyah dan Bekkandari yang tinggal di sebuah kampung bernama Mandar. Hawadiyah adalah perempuan cantik tetapi miskin dan hanya tinggal bersama ibunya di gubuk yang reyot. Sedangkan Bekkandari adalah perempuan yang kaya raya tetapi memiliki wajah yang biasa saja. Keduanya terlihat konflik sengit ketika ada pemuda bernama Mara’ Dia Jawa hendak melamar Hawadiyah. Terjadi konflik percintaan yang seru setelah itu, apalagi Hawadiyah dan ibunya menjadi pekerja di perkebunan kelapa sawit milik keluarga Bekkandari. 5. legenda Putri Tandampalik Legenda Putri Tandampalik, Cerita Rakyat Dari Sulawesi // Legenda Putri Tandampalik adalah Cerita Rakyat Dari Sulawesi Yang Terkenal. Bahkan, sering dijadikan bahan dongeng ketika orang tua akan menidurkan anaknya di malam hari. Di dalam kisah ini ada seorang putri bernama Putri Tandampalik yang diusir dari Kerajaan Luwu karena diserang penyakit kusta. Namun, ketika si putri terdampar di sebuah pulau, kusta di tubuhnya sembuh karena dijilati oleh seekor kerbau putih. Akhirnya sang putri menikah dengan putra mahkota Kerajaan Bone. Kehidupan mereka akhirnya berbahagia sekalipun keduanya berasal dari dua negara yang berbeda di kala itu. 6. Panglima To Dilating Panglima To Dilating, Cerita Rakyat Dari Sulawesi // Cerita rakyat Sulawesi yang terakhir adalah Panglima To Dilating. Kisah singkat tetapi mengandung pesan moral yang bagus. Bahkan, ada yang mengatakan kalau legenda ini adalah sebuah kisah sejarah tentang seorang panglima yang gagah perkasa. Panglima To Dilating adalah kepala pasukan Raja Gowa yang berhasil mengalahkan raja Lego yang telah menindas rakyat di Kerajaan Balanipa. Tak dinyana, ternyata Raja Balanipa sebelumnya adalah ayahnya sendiri yang dulu hendak membunuhnya saat masih bayi. Untung Panglima To Dilating diselamatkan oleh Patih Puang Moso dari kekejaman ayahnya sendiri. Sehingga, jadilah ia panglima kerajaan Gowa yang disegani. Itulah beberapa cerita rakyat dari Sulawesi yang layak diketahui oleh masyarakat. Jangan lupa untuk terus diceritakan kepada generasi selanjutnya supaya legenda tidak hilang ditelan jaman.
Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara Dongeng Persahabatan Kera dan Ayam Budaya Nusantara berkembang sangat luas dari Sabang sampai Merauke. Pada artikel blog The Jombang Taste sebelumnya kita sudah membaca cerita dongeng Sigarlaki dan Limbat dari Sulawesi Utara serta dongeng asal-usul Puteri Duyung dari Sulawesi Tengah. Artikel kali ini menampilkan cerita rakyat dari Sulawesi Tenggara yang berjudul cerita fabel persahabatan kera dan ayam. Selamat membaca. Pada jaman dahulu hidup dua binatang yang bersahabat erat, yaitu kera dan ayam. Mereka berdua tinggal di dalam hutan di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Kelihatannya mereka berdua selalu hidup rukun dan darnai. Tapi, kenyataan sebenarnya tidaklah demikian. Setelah sekian lama mereka bersahabat, barulah ketahuan perilaku buruk si kera. Pada suatu hari si kera membuat siasat untuk menjebak ayam. “Hai Ayam, sahabatku,” panggil kera dengan muka manis. “Ada apa kera?” jawab ayam. “Sore-sore begini enaknya kita jalan-jalan. Maukah kau pergi bersamaku?” kata kera dengan nada merajuk. “Memang kita mau pergi ke mana? ” tanya ayam ingin tahu. “Aku akan mengajakmu jalan-jalan ke hutan. Disitulah tempat aku biasa bermain. Di sana tempatnya indah. Pasti kamu akan suka!” ujar si kera seraya mernbujuk. Kera Menjebak Ayam di Hutan Ayam tertarik dengan ajakan si kera. Ia tidak pernah tahu kalau kera punya tempat bermain yang indah. Tanpa rasa curiga sedikitpun, ia mengikuti kera untuk berjalan-jalan di hutan. Ayam berjalan di belakang kera. Hari semakin gelap, perut kera mulai meronta-ronta minta diisi. Saat itulah timbul niat busuk kera untuk mencelakai ayam. “Untuk apa aku susuh-susah mencari makanan. Di belakangku saja sudah ada makanan yang sangat lezat,” pikiran kera mulai licik. Kera melihat ayam tampak kebingungan masuk ke dalam hutan. Ayam itu tampak besar dan segar. Hmm, pasti enak kalau daging ayam itu masuk ke dalam perutnya. Kera berpikir, jika ayam hendak dimakannya, lebih baik jika tanpa bulu. Oleh karena itu, ia hendak mencabuti bulu ayam terlebih dahulu. Kera mengatur waktu yang tepat untuk menangkap ayam. Ayam dan kera berjalan semakin jauh dan masuk ke dalam hutan. Saat itu hari makin gelap, kera pun melaksanakan niatnya. Ia segera menangkap ayam. “Kena kau!” ujar kera kegirangan saat berhasil menangkap ayam. Ayam tampak terkejut melihat perlakuan kera. “Mengapa kau menangkapku? Bukankah kita saling bersahabat?” tanya ayam dengan nafas terengah-engah. “Dulu kita sahabat. Tapi sekarang aku lapar. Maka kau harus mau jadi makananku,” kata kera dengan tawa terbahak-bahak. Kera yang jahat itu kemudian mencabuti bulu-bulu si ayam. “Tidak…! Jangan kau cabut buluku! Sakit…!” teriak ayam dengan suara pilu. Ayam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Ayam mencoba lari dari cengkeraman si kera jahat. Lalu pada sebuah kesempatan yang tepat, ayam mematuk tangan kera hingga kera itu melepaskan tubuh ayam dalam genggamannya. Setelah berusaha keras tanpa mengenal lelah melompat kesana-kemari, akhirnya ayam berhasil melarikan diri. Ayam berlari sekencang-kencangnya keluar dari hutan. Setelah sekian lama ayam berlari, tibalah ia di rumah sahabatnya yang lain. Ayam tiba di rumah kepiting. Kepiting yang melihat ayam tidak berbulu dan tampak kelelahan membuatnya penasaran. Ia pun bertanya. “Kamu kenapa, ayam? Mengapa napasmu terengah-engah? Kenapa bulu-bulumu rontok semua?” tanya kepiting dengan rasa iba. “Kepiting, aku dicelakai oleh sahabatku sendiri si kera. Ia hendak memakanku,” jawab ayam dengan napasnya yang masih terengah-engah. “Kurang ajar! Tega sekali kera berbuat seperti ini kepadamu,” ucap kepiting tidak percaya. Kemudian ayam menceritakan kejadian dari awal sampai akhir. Mulai dari ajakan kera mengunjungi tempat bermain sampai ia dijebak oleh kera dan akan dimakannya. “Kera harus kita beri pelajaran!” ucap kepiting dengan geram usai menyimak penuturan ayam. Ayam dan kepiting kemudian mengatur siasat untuk memberi pelajaran kepada si kera. Mereka tampak bermusyawarah dengan serius. Tak lama kemudian kepiting membantu ayam menyembuhkan bulu-bulunya yang rontok. Pembalasan Untuk Kera Pengkhianat Beberapa bulan kemudian bulu-bulu di tubuh ayam telah pulih. Ayam dapat mencari makan seperti sedia kala. Ayam kembali bertemu dengan kepiting. Kepiting mengajak ayam menemui kera. Awalnya ayam tidak mau. Ia masih takut kepada kera. “Inilah saat yang tepat untuk menghukum sahabat pengkhianat macam kera itu,” kata kepiting berusaha meyakinkan ayam. “Tapi aku masih takut…” kata ayam. “Tenanglah. Aku akan membantumu,” ujar kepiting. Akhirnya ayam menuruti ide kepiting. Pada hari yang telah disepakati bersama, mereka berdua datang ke tempat kera. Kera tampak asyik duduk di kursi malas. Ayam masih tampak ketakutan melihat si kera. Ia ragu untuk berbicara dengan kera. Akhirnya, kepitinglah yang berbicara kepada kera. “Hai kera, dua hari lagi aku dan ayam akan pergi berlayar ke pulau seberang. Disana banyak makanan enak,” ujar kepiting kepada kera. “Benarkah? Bolehkah aku ikut berlayar dengan kalian,” ucap kera penuh harap. “Boleh saja. Dua hari lagi kami tunggu di pantai. Jangan sampai terlambat ya,” kata kepiting. Tibalah pada hari yang telah disepakati. Mereka berdua bertemu di pinggir pantai. Sebelum mereka berangkat berlayar, perahu dari tanah liat telah disediakan. Ayam dan kepiting sengaja mempersiapkan jauh-jauh hari rencana pembalasan ini. Mereka bertiga bergegas naik perahu menuju pulau seberang. Perahu yang mereka tumpangi semakin lama semakin menjauh dari pantai. Kera yang rakus mulai membayangkan betapa lezatnya buah-buahan yang akan disantapnya nanti, sedangkan ayam dan kepiting mulai saling memberi sandi. Ayam berkokok, “Kukuruyuk….! Aku lubangi kok… kok…. kok….!” Si kepiting menjawab, “Tunggu sampai dalam sekali.” Setiap Kepiting selesai berkata begitu, ayam mematuk-matuk perahu itu. Mereka kemudian mengulangi permainan itu lagi. Si Kera sama sekali tak mengerti apa sebenarnya yang dilakukan ayam dan kepiting. Sedikit demi sedikit perahu itu berlubang. Air laut mulai merembes ke dalam perahu. Lama-kelamaan perahu yang mereka tumpangi bocor. Kera mulai panik tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Perahu semakin lama semakin tenggelam. Kepiting dan ayam bersiaga meninggalkan kera. Mereka bertiga berusaha menyelamatkan diri dengan caranya masing-masing. Si kepiting menyelam ke dasar laut, sedangkan si ayam dengan mudah terbang ke darat. Si kera tampak ketakutan sendirian di atas perahu. Pada dasarnya kera paling takut pada air, apalagi air laut. Ia berusaha meronta-ronta minta tolong, tapi siapa yang dapat menolongnya karena ia sendirian di tengah lautan. Kera juga tidak bisa berenang, maka matilah si kera yang licik itu di tengah lautan yang dalam. Demikian akhir dari cerita fabel kera dan ayam. Amanat cerita dongeng kera dan ayam ini adalah perbuatan jahat akan mendapatkan balasan yang menyakitkan. Jika kita mempunyai sahabat, maka kita tidak boleh mengkhianati sahabat kita. Selain itu, sifat rakus kera telah mematikan kepandaiannya sehingga ia menemui celaka akibat perbuatannya sendiri. Semoga cerita rakyat dari Sulawesi Tenggara ini bisa memberi inspirasi bagi Anda. Sampai jumpa di artikel The Jombang Taste berikutnya. Daftar Pustaka Rahimsyah, MB. 2007. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Lengkap dari 33 Provinsi. Bintang Usaha Jaya, Surabaya Artikel Terkait
Mawasangka merupakan penamaan yang ditujukan bagi kelompok masyarakat yang ada di Sulawesi Tenggara. Mawasangka merupakan kelompok masyarakat yang mendiami sebuah kecamatan di Kabupaten Buton Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara. Nama Mawasangka tidak hanya ditujukan untuk kelompok masyarakat, tetapi juga diabadikan dalam nama sebuah Mawasangka pada orang-orang di Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah, menyimpan kisah yang panjang. Baca juga Cerita Rakyat Batu Kurimbang Alang Asal Usul Nama Mawasangka Menurut tradisi lisan masyarakat Sulawesi Tenggara, khususnya di Kabupaten Buton Tengah, di balik nama Mawasangka ada kisah yang panjang menyertainya. Dikisahkan, dahulu ada sebuah keluarga yang datang dari Bone menuju Buton dengan menggunakan perahu. Tujuan kedatangan mereka ke Buton adalah untuk mencari kakak dari seorang perempuan. Perempuan itu pergi ke Buton bersama suaminya. Kakaknya perempuan ini telah lama meninggalkan tanah kelahirannya di Bone sepeninggal orang tuanya. Ketika dalam perjalanan menuju lokasi yang menjadi tempat kepergian kakaknya ini, cuaca kurang bersahabat dengan mereka. Perahu yang mereka tumpanginya kemudian terbalik. Bekal tak dapat diselamatkan, kecuali hanya seekor ayam jantan. Akibatnya suami istri itu terdampar di sebuah pantai dan mendirikan pondok kecil dan mencari makan di sekitar pantai tersebut. Di saat suaminya sedang mencari makanan ke hutan, munculah seorang pemuda yang membawa seekor ayam jantan. Baca juga Cerita Rakyat Batu Prasasti Pagaruyung I Pemuda ini berniat menyabung ayam miliknya dengan seekor ayam di pantai itu yang tidak lain adalah milik pasangan suami istri tadi. Anehnya, kedua ayam tersebut tidak mau berkelahi. Pemuda ini pun bingung dengan kedua ayam yang tak biasanya itu. Di tengah kebingungannya, pemuda ini melihat seorang perempuan di pondok. Ketika suami sang perempuan telah kembali, pemuda ini pun menghampiri mereka. Ketika sedang berbincang, pemuda dan perempuan ini menyadari ada yang janggal. Mereka berdua sama-sama mengenakan cincin yang sama di jarinya yang merupakan pemberian dari mendiang orang tuanya. Perempuan ini kemudian menyadari bahwa pemuda yang membawa ayam ini adalah cerita, pemuda tadi memberitahukan lokasi yang layak untuk bermukim. Kemudian, berangkatlah mereka ke lokasi yang bernama Mparigi. Di Mparigi, mereka hidup seperti biasanya dan beranak-pinak sehingga lama kelamaan kampung itu telah ramai oleh masyarakat. Kemudian, masyarakat mengangkat pemuda tadi seorang kepala suku mereka yang disebut dengan Kolakino Mparigi. Desa yang mereka tempati suatu ketika mulai sering mendapat serangan dari binatang. Akhirnya, kepala suku Mparigi melaporkan keluhannya kepada kepala suku lain, Kolakino La Mansenga. Kemudian oleh kepala suku itu, diberitahukan ada sebuah lokasi yang aman dan damai. Lokasi ini memiliki sebuah pohon besar yang daun dan buahnya beraneka ragam. Oleh karena itu, lokasi baru ini diberi nama Sau Sumangka yang artinya serba lengkap. Mereka kemudian memindahkan kampungnya di sana. Baca juga Danau Biru Kolaka Daya Tarik, Cerita Rakyat, dan Rute Setelah sekian lama, Kolakino Mpagi mendeklarasikan bahwa ialah yang pertama kali menemukan pohon ajaib itu. Namun, Kolakino La Mansenga menyangkal klaim dari Mparigi hingga terjadilah pertengkaran antara keduanya. Akibatnya, Mpasenga mengeluarkan sumpah di hadapan masyarakat, apabila benar ia yang pertama menemukan pohon itu, maka tanah sekitar pohon itu akan selalu ditimpa musibah bilmana suku Kolakino Mparigi mengelolanya. Sebaliknya, jika benar Mparigi yang pertama menemukan pohon ajaib itu, maka semoga senantiasa dilimpahi keselamatan. Benar saja, terjadilah musibah-musibah aneh di sekitar pohon itu yang berarti Kolakino La Mansenga merupakan orang pertama yang menemukan pohon itu. Semua yang ditanam oleh rakyat Mparigi mengalami gagal panen, segala ternak mengalami kematian tidak jelas, serta terjadilah musibah-musibah lainnya. Kejadian aneh yang lain adalah ketika seorang menggali ubi, tiba-tiba memancarkan air dari galian itu yang mengakibatkan kebun-kebun tergenang dan masyarakat kelaparan. Tetua dusun kemudian berunding akan melakukan upacara adat membersihkan musibah. Kemudian, disembelihlah ayam yang dibawa oleh sepasang suami istri dari Bone itu sebagai persembahan agar tidak terjadi lagi musibah. Kemudian, tempat itu dikenal dengan nama pohon ajaib itu, La Sumangka. Lambat laun, masyarakat menyebutnya menjadi Mawasangka. Baca juga Cerita Rakyat Antu Bisiak, Misteri Suara Bisikan Referensi Rasyid, A. 1998. Cerita Rakyat Buton dan Muna di Sulawesi Tenggara. Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
0% found this document useful 0 votes3K views7 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes3K views7 pagesCerita Rakyat Dari Sulawesi TenggaraJump to Page You are on page 1of 7 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 6 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
cerita rakyat dari sulawesi tenggara